Makalah Tasawwuf



Tugas Pembuatan Makalah oleh : M. Junaidi
Mata Kuliah S2 : Kajian Tasawwuf dan thariqot
Judul :  Membudayakan  Taubat


PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Taubat adalah akhlak terpuji yang harus menghiasi setia pribadi muslim, dan harus  menjadi budaya ummat islam . Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut isim fa’il dari taba . Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu ; kembli sifat – sifat tercela menuju sifat terpuji , kembali dari larangan Allah menuju perintahnya , kembali dari maksiat menuju tat , kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhainya , kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan , kembali kepada Allah setelah meninggalkannya dan kembali taat setelah melanggar larangannya . Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon, Sunan Kaliijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja. Kesucian hidup, bukanlah hak istimewa seseorang. Jalan tersebut terbuka bagi siapa saja, tidak hanya milik para ulama. Bahkan orang jahat sekalipun, ia bisa menapak cara hidup suci, asal dia bersedia untuk bertaubat dan bersungguh-sungguh. Bagi Allah, kesalehan bukan karena sama sekali tidak berbuat dosa, akan tetapi orang yang saleh adalah orang yang setiap kali berbuat dosa dia menyesali dan selanjutnya tak mengulangi perbuatan tadi.Pepatah Arab menegaskan : "Manusia adalah tempat salah dan lupa". Pepatah di atas bukan berarti manusia dibiarkan untuk selalu berbuat salah dan dosa, akan tetapi kesalahan pada diri manusia harus ditebus dengan tobat, penyesalan dan penghentian. Rasulullah bersabda : Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah. Dan, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat.? (H.R. Tirmidzi)
Taubat yang sungguh-sungguh di mata Allah adalah pembersihan diri yang sangat dicintai. Dalam Islam, pertaubatan bukan melalui orang lain, sebut saja orang saleh, tetapi dari diri sendiri secara langsung kepada Allah. Apalagi, Islam tidak mengenal penebusan dosa dengan sejumlah uang. Islam sungguh sangat berbeda dengan cara-cara pertaubatan dibanding agama-agama lain. Islam memandang, pertaubatan adalah persoalan yang sangat personal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang bisa didekati sedekat mungkin, bukan tuhan yang berada di atas langit, tak terjangkau. Sabda Rasulullah (saw) : "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan." (H.R. Bukhori dan Muslim) Islam tidak menganggap taubat sebagai langkah terlambat kapanpun kesadaran itu muncul. Hisab (perhitungan) akan amal-amal jelek kita di mata Allah akan terhapus dengan taubat kita.
Lembaran baru hidup terbuka lebar. Langkah anyar terbentang. Sabda Nabi (saw) : Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubat dan memaafkannya.? (H.R. Muslim) . Bertaubat, demikian halnya, dijadikan amalan dzikir oleh Rasulullah (saw) setiap hari. Beliau beristighfar kendati sedikitpun beliau tidak melakukan dosa. Karena lewat istighfar, Nabi memohon ampun dan mengungkapkan kerendahan hati yang sangat dalam di hadapan yang Maha Agung. Sabda Nabi (saw) : Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya saya bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali.? (H.R. Muslim)Firman Allah : Katakanlah ! Hai hamba-hamba-Ku yang berdosa terhadap jiwanya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.? (Q.S. al-Zumar : 53) . Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat, semoga Tuhan mu akan menghapuskan dari kamu akibat kejahatan perbuatan-perbuatanmu, dan akan memasukkan kamu ke dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.? (Q.S. al Thalaq : 8) .
Dalam memperbaiki kesalahan dan membersihkan diri dari dosa, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu hak Allah dan hak bani Adam. Apabila kesalahan atau dosa berhubungan dengan hak Allah, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.      Harus menghentikan tindakan maksiat.
2.      Harus dengan sungguh-sungguh menyesali perilaku dosa yang telah dikerjakan.
3.      Berniat dengan tulus untuk tidak mengulangi kembali perbuatan tersebut.
Dan, apabila kesalahan itu berhubungan dengan bani Adam, maka syarat bertambah satu, yaitu harus menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf atau halalnya, atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.Sabda Nabi (saw) : Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. Dan orang yang minta ampunan dari dosanya, sedangkan dirinya tetap mengerjakan dosa, seperti orang yang mempermainkan Tuhannya.? (H.R. Baihaqi) . Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon, Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.

B.    Keutamaan Taubat

Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa.
Karena Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”(QS. An Nuur: 31) dihasankan Al Albani) .

C.     Syarat – syarat Taubat

1.         Meninggalkan dosa tersebut. Ibnul-Qoyyim berkata: ”Taubat mustahil terjadi, sementara dosa tetap dilakukan”.
2.         Menyesal atas perbuatannya. Rasulullah bersabda: ”Menyesal adalah taubat”.
3.         Berazzam untuk tidak mengulangi lagi. Ibnu Mas’ud berkata: ”Taubat yang benar adalah: Taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air susu kembali pada kantong susunya lagi.”
4.         Mengembalikan kedzaliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk diha-lalkan. Imam Nawawi berkata: ”Diantara syarat taubat adalah mengembalikan kedzoliman kepada pemiliknya, atau meminta untuk dihalakan”.
5.         Ikhlas. Ibnu hajar berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlas”. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya” (QS. At Tahrim [66]: 8 ). Yang dimaksud taubat yang murni adalah taubat yang ikhlash.
6.         Taubat dilakukan pada masa diterima-nya taubat. Masa diterimanya taubat adalah:
1.                  Sebelum saat sakarotul maut.
2.                  Sebelum Matahari terbit dari barat.

a.     Penggolongan Taubat

Secara umum para ulama’ membagi taubat menjadi tiga bagian yaitu : taubat Awam , Taubat khawash , taubat akhash al – khawash .
1.    Taubat Awam (taubat manusia umum): yaitu taubat manusi secara umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa .
2.    Taubat Khawash (taubat orang – orang khusus): taubat tingkat ini sebagai pertanda meningkatnya makrifah manusia kepada Allah . Merek merasa mlu dikarenakan telah melakukan perbuatan – perbuatan yang makruh .
3.    Taubat Akhash al – khawash ; tingkatan tobat yang paling tinggi ialah taubat akhash al – khawash . taubat Rosulullah manakala dia berkata , “sesungguhnya ini adalah kebodohn pada hatiku , dan sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari . Dengan kata lin , untuk membersihkan hatiny dari menaruh perhtian kepada selain Allah , Rosulullah beristighfar kepada Allah .

b.     Istigfar dan Taubat adalah kunci rizki barokah

Di antara hal yang menyibukkan hati kaum muslimin adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. Kemudian tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan hukum halal dan haram.Mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah men-syari’atkan agamaNya hanya sebagai petunjuk bagi ummat manusia dalam perkara-perkara kebahagiaan di akhirat saja. Padahal Allah mensyari’atkan agama ini juga untuk menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan kebahagiaan mereka di dunia.
Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiallaahu anhu , ia berkata:
“Sesungguhnya do’a yang sering diucapkan Nabi adalah, “Wahai Tuhan Kami’ karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api Neraka”. (Shahihul Al-Bukhari, Kitabud Da’awat, Bab Qaulun Nabi Rabbana Aatina fid Dunya Hasanah).Di antara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tentang Nuh yang berkata kepada kaumnya:
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)Yang dimaksud istighfar dan taubat di sini bukan hanya sekedar diucap di lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Tetapi yang dimaksud dengan istighfar di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah “Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan semata.”Sedangkan makna taubat sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai ganti). Jika keempat hal itu telah dipenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.“Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya, niscaya Ia akan memperbanyak rizki kalian, Ia akan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, melimpahkan air susu, memperbanyak harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat macam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun untuk kalian”.Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.”Dalam hadist yang mulia ini, Nabi menggambarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Esa, Yang memiliki kekuatan akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak pernah diharapkan serta tidak pernah terbersit dalam hati.Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah ia bersegera untuk memperbanyak istighfar, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaklah kita selalu waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
Dari penjelasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Bahwasannya telah disyari’atkan oleh Allah kepada kita untuk senantiasa ber-istighfar dan taubat dengan lisan yang disertai perbuatan. Karena istighfar dan taubat dengan lisan semata tanpa disertai dengan perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
2.      Bahwasannya dengan istighfar dan taubat, Allah akan mengampuni dosa-dosa hambaNya, Allah akan menurunkan hujan yang lebat, Allah akan memperbanyak harta dan anak-anak, Allah akan menjadikan untuknya kebun yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Jadi dengan istighfar dan taubat, Allah akan membukakan pintu-pintu rizki dan keberkahan baik dari langit maupun dari bumi.

c.      Unsur – unsur Taubat

Terma dari akr kata “t-w-b” dalam bahasa arab menunjukkan pengertian : pulang dan kembali . Sedangkan taubat kepada Allah SWT berarti pulang dan kembali ke haribaannya serta di pintunya .
Manusia tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT untuk memikirkan kehidupn fisiknya saja , juga tidak dapt membebaskan dirinya dari Allah SWT karena memikirkan kebutuhan hidup ruhaninnya saja . bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT diakhirat akn lebih besar dari kebutuhannya didunia . Karena kehidupan dan kebutuhan fisik itu secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak dapat berfikir , sementara kebutuhan ruhani adalah sisi yng menjadi ciri pembeda mnusia dari hewan dan binatang . Allah SWT telah menciptakan mnusi dari dua unsur . Didalam tubuhnya terdapat unsur tanah , juga unsur ruh . inilah yang menjadikannya layak dijadikan objek sujud oleh malaikat sebagai penghormatan dan pemuliaan kedudukannya .

d.     Taubat Nasuha

Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu’minin adalah taubat nasuha (yang semurni – murninya) seperti disebut dalam Al-quran :
“Hai orang – orang yang beriman , bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni – murninya” QS. At-tahrim: 8 .
Sedamgkan Nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kat nashiih . Seperti kata syakuur dan shabuur , sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan shabir . Dan terma “n-sh-h” dalam bahasa Arab bermkna : bersih . Dikatakan dalam bahasa Arab : “nashaha al’asal” jika madu itu murni , tidak mengandung campuran . Sedangkan kesungguhan dalam bertubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah . Ibnu Jarir , Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar , Ibnu Mas’ud serta Ubay bin Ka’b r.a. bahwa pengertian tubat Nasuha adalah seseorang yang bertubat dari dosanya dan ia tidak melkukan dosa itu lagi , seperti susu tidak kembali ke payudara hewan . Sa’id bin Musayyab berkata : tubat nasuha adalah agar engkau menasihati diri kalian sendiri .
Ciri – ciri Taubat Nasuha , yaitu :
1.       Menyesal diatas dosa / maksiat yang dilakukan .
2.       Bernit (dengan sungguh – sungguh) tidak akan mengulanginya lagi .
3.       Memohon taubat kepada Allah SWT .
4.       Menghapus kesalahan masa lalu dengan banyak beramal sholeh .

e.     Membiasakan diri bertaubat

Setiap manusia sudah seharusnya senantiasa mengingat tobat dan harus tetap tumbuh di dalam hati setiap muslim sampai meninggal dunia . Hati setiap muslim wajib senantiasa bergetar di hadapan keagungan Allah dzat yang maha menerima taubat hambanya .
Jika seseorang bertaubat dari dosanya dengan taubat yang sesungguhnya (tobatan nasuha) maka tidak ubahnya seperti bayi yang tidak mempunyai dosa . Manusia harus yakin bahwa bila seseorang melakukan dosa yang banyak , dan pada saat yang sama mengurungkan niat untuk bertobat dan mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya , maka justru mperkataannya ini merupakan dosa yang besar yang mendekati batas kekufuran . Orang yang berputus asa dari rahmat Allah , berarti dia telah melakukan dosa besar yang mendekati batas kekufuran . karena , sesungguhnya Allah tetap membuka pintu tobat selama dia belum mati . Oleh karena itu , seberapa pun besar dosa seseorang , walaupun menyamai buih di lautan lalu dia bertobat dari dosanya dan memperbaiki dirinya , serta bergetar hatinya dan menyesali apa yang telah dilakukannya , maka pasti Allah akan mengampuninya .







  
DAFTAR PUSTAKA

 
1.Terjemahan al-Qur’an
2. Dr. Manal Abulhasan , meniti Jalan Taubat , cv. Cakra lintas media
3. Syeh Muhammad bin Ibrahim Al-hamid,  taubat surga pertama anda 

Tidak ada komentar: